Laporan 2C2P-IDC InfoBrief tahun 2021 mendapati pertumbuhan e-commerce di kawasan Asia Tenggara telah mengalami pertumbuhan spektakuler dan terus meningkat. Diperkirakan, pertumbuhan jumlah pengguna sebanyak 222 juta orang di tahun 2020 akan bertambah secara signifikan hingga 411 juta pada tahun 2025.
Perubahan ini tidak hanya menandai era baru dalam konsumsi online, tetapi juga mengindikasikan pergeseran signifikan dalam kebutuhan dan preferensi pembayaran, khususnya dalam konteks Business-to-Business (B2B).
Dalam konteks ini, pemahaman mendalam tentang dinamika pasar menjadi sangat penting bagi pelaku usaha. Perubahan perilaku konsumen menuntut perusahaan B2B untuk tidak hanya mengikuti tren teknologi, tetapi juga untuk memahami dan merespons kebutuhan pasar yang terus berkembang. Lalu bagaimana perubahan akan consumer behaviour mempengaruhi permintaan akan B2B payment?
Perubahan Perilaku Konsumen dan Pertumbuhan e-Commerce
Dalam satu dekade terakhir, perubahan perilaku konsumen telah menjadi yang utama dalam pertumbuhan e-commerce di Asia Tenggara. Sebelum tahun 2020, e-commerce telah tumbuh secara stabil, tetapi pandemi COVID-19 mempercepat adopsi platform e-commerce oleh konsumen.
Banyak orang yang sebelumnya enggan berbelanja online, terpaksa beralih ke platform digital untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka selama lockdown.
Menurut IDC, transaksi e-commerce di Asia Tenggara meningkat sebesar 62% pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019, dari $39 miliar menjadi $63 miliar. Peningkatan ini mencerminkan perubahan signifikan dalam perilaku belanja konsumen.
Selain faktor pertumbuhan trend e-commerce, ada juga faktor social selling. Fenomena ‘social selling‘ yang menggabungkan e-commerce dan hiburan telah menjadi cara populer untuk memperkenalkan produk dan melakukan penjualan langsung kepada konsumen, terutama di Asia Tenggara.
Dari kedua faktor disana telah memicu akan penyediaan metode pembayaran yang lebih beragam. Dari 2020 hingga 2025, metode seperti e-wallet dan layanan buy now pay later (BNPL) diperkirakan akan tumbuh sebesar 30% dan 58%.
Dapat ditarik kesimpulan dari sana bahwa dampak COVID-19, e-commerce, dan social selling telah memberikan perubahan pada demografis dan gaya hidup yang begitu besar, yaitu dengan banyaknya populasi yang semakin melek digital, terutama di kalangan generasi muda. Hal inilah yang menyebabkan e-commerce dan social selling bukan lagi pilihan kedua, melainkan menjadi komponen inti dalam aktivitas belanja saat ini.
Pergeseran perilaku konsumen ini tidak hanya relevan dalam konteks B2C, tetapi juga sangat berpengaruh dalam ranah B2B. Seperti apakah perubahannya dalam ranah B2B, dan sikap apa yang perlu diambil oleh pebisnis di industri ini?
Dampak Perubahan Perilaku Pembayaran Konsumen terhadap Pasar B2B
Dengan konsumen yang semakin beralih ke pembayaran non-tunai, bisnis B2B dihadapkan dengan kebutuhan untuk menyediakan solusi pembayaran yang lebih fleksibel dan responsif. Sebagai contoh, menurut sebuah laporan oleh Boston Consulting Group, setidaknya 10% dari populasi dewasa di Malaysia, Vietnam, Thailand, Indonesia, dan Singapura sudah menggunakan e-wallet, dengan tingkat penetrasi yang melebihi ekonomi maju.
Ini menunjukkan adanya permintaan yang meningkat untuk metode pembayaran digital yang lebih inklusif dan dapat diakses oleh berbagai segmen pasar. Selain itu juga ini menjadi kesempatan besar untuk para pebisnis untuk segera mengikuti trend pembayaran B2B ini, karena menurut HighRadius, pasar pembayaran B2B diperkirakan akan tumbuh dengan CAGR (Compound annual growth rate) sebesar 10.1% antara tahun 2022 hingga 2030, mencapai $2,146.70 miliar pada tahun 2030.
Selain itu juga sebuah survei IDC Asia/Pasifik tahun 2021 menemukan bahwa pebisnis dapat mengalami peningkatan penjualan rata-rata sebesar 10% dengan menambahkan satu metode pembayaran populer baru.
Dari data tersebut diambil kesimpulan bahwa saat ini pertumbuhan pesat terkait pembayaran B2B sedang terjadi. Hal ini dipengaruhi oleh penggunaan internet dan smartphone, serta peningkatan akses ke layanan keuangan digital yang menyebabkan konsumen market B2B kini lebih cenderung menggunakan metode pembayaran yang nyaman dan cepat.
Hal itu menunjukan pentingnya bagi perusahaan B2B untuk memiliki strategi pembayaran yang fleksibel dan adaptif untuk memenuhi kebutuhan pasar yang dinamis dan beragam agar tidak ketinggalan dalam mengikuti trend ini.
Dengan demikian, perubahan perilaku konsumen telah membawa perusahaan market B2B pada titik kritis untuk mengadaptasi strategi pembayaran mereka. Melalui adaptasi strategis ini, bisnis B2B dapat lebih efektif dalam menangkap peluang yang ditawarkan oleh lanskap pembayaran digital yang dinamis dan berkembang pesat. Lalu bagaimana bisnis bisa beradaptasi dengan hal ini?
Tantangan dan Strategi Beradaptasi untuk Bisnis
Dalam mengadaptasi ke tren pembayaran digital yang berkembang, bisnis B2B menghadapi sejumlah tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kecepatan dengan dalam menyediakan beragam untuk konsumen. Perusahaan B2B harus cepat menanggapi perubahan ini untuk tetap relevan dan kompetitif.
Menurut laporan dari 2C2P, tantangan ini diperumit oleh kebutuhan untuk menawarkan berbagai opsi pembayaran yang melayani segmen pasar yang beragam, mulai dari konsumen yang tidak memiliki rekening bank hingga mereka yang sangat ingin menggunakan metode pembayaran yang ia punya.
Selain itu, perusahaan harus mengatasi kompleksitas dalam mengintegrasikan metode pembayaran baru ini ke dalam sistem yang ada, sambil memastikan keamanan dan keandalan transaksi.
Solusi untuk tantangan ini terletak pada fleksibilitas dan kecepatan dalam menerapkan beragam pembayaran. Bisnis B2B harus mencari mitra pembayaran yang dapat menyediakan berbagai opsi pembayaran relevan.
Selain pilihan tersebut, perusahaan perlu berinvestasi dalam teknologi yang memungkinkan mereka untuk dengan mudah mengadaptasi dan mengintegrasikan metode pembayaran baru, sambil mempertahankan fokus pada keamanan dan pengalaman pengguna yang lancar.
Dengan pendekatan ini, bisnis B2B dapat mengatasi tantangan akan tren pembayaran baru dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh perubahan perilaku konsumen di era digital.